Select Page

Apakah kita dibenarkan oleh Iman (Roma) atau oleh Perbuatan (Yakobus)?

by | Mar 27, 2009 | Indonesian, International

Dalam kitab Roma dikatakan, “Sebab tidak seorangpun yang dapat dibenarkan di hadapan Allah oleh karena melakukan hukum Taurat, … ” (Roma 3:20), dan “Karena kami yakin, bahwa manusia dibenarkan karena iman, dan bukan karena ia melakukan hukum Taurat,” (Roma 3:28), dan “Sebab apakah dikatakan nas Kitab Suci? ‘Lalu percayalah Abraham kepada Tuhan, dan Tuhan memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran.'” (Roma 4:3), dan “Sebab itu, kita yang dibenarkan karena iman . . . ” (Roma 5:1), dan “Tetapi kalau ada orang yang tidak bekerja, namun percaya kepada Dia yang membenarkan orang durhaka, imannya diperhitungkan menjadi kebenaran.” (Roma 4:5).

Dalam kitab Yakobus dikatakan, “Jadi kamu lihat, bahwa manusia dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya dan bukan hanya karena iman.” (Yakobus 2:24) dan ” . . .  demikian jugalah iman tanpa perbuatan-perbuatan adalah mati.” (Yakobus 2:26).

Yang mana yang benar? Apakah kita dibenarkan oleh iman atau oleh perbuatan kita?

Apakah Alkitab berkontradiksi terhadap dirinya sendiri?

Kita dibenarkan oleh iman, itulah kepercayaan fundamental orang-orang Kristen. Pembenaran artinya Allah menyatakan bahwa seorang yang pendosa menjadi orang yang benar. Ia melakukan pembenaran ini dengan menaruh, mengenakan kebenaran Yesus kepada orang berdosa tersebut. Hal ini hanya terjadi karena iman. Yakni, ketika si pendosa beriman kepada pengorbanan Yesus dan percaya kepada Dia, lalu Allah membenarkan si pendosa ini. “Lalu percayalah Abraham kepada Tuhan, dan Tuhan memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran.” (Roma 4:3). Tetapi, jika Alkitab mengajarkan bahwa kita dibenarkan oleh iman, apakah Alkitab juga mengajarkan bahwa kita dibenarkan oleh perbuatan seperti yang tampaknya diajarkan dalam kitab Yakobus ? Apakah kita sekarang mengahadapi kasus kontradiksi Alkitab? Jawabannya, tidak!

Konteks adalah segalanya

Adalah merupakan kesalahan fatal untuk mengambil sebuah ayat, membacanya tanpa memahami konteks ayat tersebut, lalu berupaya mengembangkan sebuah doktrin dari ayat tersebut. Karenanya, marilah kita melihat konteks dari Yakobus 2:24 yang mengatakan bahwa seorang manusia dibenarkan oleh perbuatan. Yakobus pasal 2 memiliki 26 ayat: Ayat 1-7 memerintahkan kita untuk tidak memandang bulu. Ayat 8-13 adalah komentar-komentar atas Hukum Taurat. Ayat-ayat 14-26 adalah mengenai hubungan iman dan perbuatan.

Supaya lebih sederhana, saya telah meringkas tiap-tiap ayat dan mengatur bagian ini dalam bentuk sebuah kerangka.

14 – Apa gunanya seseorang yang mengatakan bahwa ia mempunyai iman tetapi tidak mempunyai perbuatan?

15 – Jika anda melihat seseorang yang kekurangan

16 – dan anda tidak memberinya apa yang ia butuhkan, tetapi berkata, ‘Pergilah dalam damai, dan kehangatan’. Apakah gunanya?

17 – karenanya iman tanpa perbuatan adalah mati

18 – karenanya, seseorang berkata “Aku akan menunjukkan imanku melalui perbuatan.”

19 – anda percaya kepada Allah? Bagus. Iblis pun percaya.

20 – iman tanpa perbuatan adalah sia-sia.

21 – Abraham dibenarkan oleh perbuatan ketika ia mengorbankan Isak

22 – imannya bekerja melalui perbuatan.

23 – Alkitab mengatakan, “Lalu percayalah Abraham kepada Allah, maka Allah memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran.”

24 – perhatikanlah bahwa seseorang dibenarkan karena perbuatannya, bukan hanya oleh iman semata.

25 – Rahab, dibenarkan karena perbuatannya

26 – iman tanpa perbuatan adalah mati

Perhatiakanlah bahwa Yakobus memulai bagian ini dengan menggunakan contoh seseorang yang berkata bahwa ia memiliki iman, ayat 14. Ia lalu segera memberikan sebuah contoh mengenai bagaimana iman yang sejati dan yang tidak. Ia mulai dengan yang negatif dan mendemonstrasikan iman yang kosong (ayat 15-17). Lalu ia menunjukkan bahwa iman jenis itu tidak ada bedanya dengan iman setan (ayat 19). Akhirnya, ia memberikan contoh-contoh mengenai iman yang hidup dengan menunjukkan Abraham dan Rahab sebagai contoh orang-orang yang telah menunjukkan iman mereka melalui perbuatan.

Yakobus meneliti dua jenis iman: satu yang membawa ke arah pekerjaan yang baik (berkenan kepada Allah) dan satu lagi yang tidak. Yang satu iman sejati, dan yang lain iman palsu. Yang satu iman yang hidup, yang lain adalah iman yang mati; maka, “iman tanpa perbuatan-perbuatan adalah mati.” (Yakobus 2:26).

Inilah mengapa pada bagian pertengahan dari bagian mengenai iman dan perbuatan, ia mengatakan dalam ayat 19, “Engkau percaya, bahwa hanya ada satu Allah saja? Itu baik! Tetapi setan-setanpun juga percaya akan hal itu dan mereka gemetar.” Yakobus mengatakan hal ini karena setan-setan memang percaya kepada Allah, sehingga, mereka memiliki iman, tetapi iman mereka adalah iman yang sia-sia. Iman mereka tidak menghasilkan perbuatan yang pantas dan memadai. Iman mereka hanyalah pengakuan mental mereka atas keberadaan Allah.

Ascentia and Fiducia

Ada dua kata yang penting untuk saya perkenalkan di sini, yaitu: ascentia and fiducia. Ascentia adalah “ascent” mental, pengetahuan mengenai keberadaan sesuatu. Setan-setan mengakui dan percaya bahwa Allah ada. Fiducia lebih dari ascentia. Ia melibatkan suatu kepercayaan penuh kepada sesuatu, penyerahan total kepadanya, suatu kepercayaan penuh dan penerimaan atas sesuatu. Ini adalah jenis iman yang dimiliki oleh orang Kristen dalam Kristus. Seorang Kristen, karenanya, memiliki fiducia; yakni, ia memiliki iman sejati dan percaya kepada Kristus, tidak hanya sekedar mengakui bahwa Ia pernah hidup di bumi pada suatu masa tertentu. Cara lain untuk menjelaskan perbedaan kedua kata ini adalah banyak orang di dunia percaya bahwa Yesus pernah hidup di bumi: ascentia. Tetapi mereka tidak percaya bahwa Ia adalah Juru Selamat mereka, satu-satunya tempat berpaling dan menaruh kepercayaan untuk pengampunan atas dosa-dosa mereka.
Ascentia tidak membawa kepada perbuatan. Fiducia menghasilkan perbuatan yang berkenan kepada Allah. Ascentia tidak berasal dari hati. Fiducia yang berasal dari hati.

Apakah yang dikatakan oleh Yakobus?

Yakobus semata-mata mengatakan bahwa jika anda ‘berkata’ bahwa anda adalah seorang Kristen, maka adalah lebih baik jika ada semacam pekerjaan baik yang dihasilkan dari iman tersebut atau iman anda adalah iman yang palsu. Pernyataan ini diulangi lagi dalam 1 Yohanes 2:4 yang mengatakan, “Barangsiapa berkata: Aku mengenal Dia, tetapi ia tidak menuruti perintah-Nya, ia adalah seorang pendusta dan di dalamnya tidak ada kebenaran.”

Jelaslah, ada orang-orang yang mengatakan bahwa mereka adalah orang Kristen, tetapi mereka tidak menghasilkan buah apa pun dalam kekristenannya. Apakah iman ini dapat membenarkan dia? Dapatkah ‘iman’ yang mati yang dimiliki seseorang yang tidak menghasilkan perubahan apa pun dalam kepribadian orang tersebut dan tidak menghasilkan perbuatan baik di hadapan manusia dan Tuhan menjadi iman yang membenarkan? Tentu saja tidak. Tidaklah cukup hanya mengatakan bahwa anda percaya kepada Yesus. Anda harus sungguh-sungguh percaya kepada Dia. Jika anda memang sungguh-sungguh percaya, maka anda akan mendemonstrasikan iman anda itu dengan hidup yang diubahkan dan yang berkenan kepada Allah. Jika tidak, maka pengakuan anda itu tidak memiliki nilai yang lebih baik daripada pengakuan yang dilakukan oleh setan-setan: “Kami percaya Yesus hidup.”

Perhatikanlah bahwa Yakobus sesungguhnya mengutip ayat yang sama yang dipakai oleh Paulus guna menunjang ajaran bahwa pembenaran adalah oleh iman dalam Roma 4:3.  Yakobus 2:23 mengatakan, “Dengan jalan demikian genaplah nas yang mengatakan: “Lalu percayalah Abraham kepada Allah, maka Allah memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran.” Karena itu Abraham disebut: “Sahabat Allah.” Jika Yakobus memang mencoba untuk mengajarkan doktrin yang berkontradiksi dengan penulis Perjanjian Baru yang lain, maka ia tidak mungkin akan menggunakan Abraham sebagai contoh.

Maka, kita dibenarkan oleh iman. Yaitu, kita dibuat menjadi benar di mata Allah oleh iman sebagaimana yang dijelaskan panjang lebar dalam kitab Roma. Tetapi, iman itu, jika ia adalah iman yang sejati, akan menghasilkan perbuatan-perbuatan yang sesuai dengan keselamatan yang dihasilkannya.  Akhirnya, bukankah Allah dalam Efesus 2:8-10 mengatakan, “Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri. Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya.”

SUPPORT CARM

Thank you for your interest in supporting CARM. We greatly appreciate your consideration!

SCHOOLS USER LOGIN

If you have any issues, please call the office at 385-246-1048 or email us at [email protected].

MATT SLICK LIVE RADIO

Call in with your questions at:

877-207-2276

3-4 p.m. PST; 4-5 p.m. MST;
6-7 p.m. EST

You May Also Like…